Ke ujung Bumi! Rounding Cape Horn adalah sensasi dalam perjalanan pemberani ini

Bergabung dengan klub paling eksklusif di dunia perlu dilakukan. Tapi sekali dalam, anggota dapat tetap mengenakan topi untuk menyambut royalti dan bahkan meletakkan kaki mereka di atas meja makan di depan kepala negara.

Untuk memenuhi syarat, Anda harus menavigasi perairan berbahaya dari Selat Drake di bawah layar untuk 'mengelilingi Tanduk', melewati Cape Horn, tempat yang paling didiami di Bumi sebelum Antartika. Para kapten pemberani yang membuatnya menjadi Cape Horners.

Beruntung bagi kita semua, ada cara lain untuk mencapai pos luar biasa ini, di bagian bawah serpihan ekor Chili, 500 mil dari Antartika. Lebih nyaman juga. Australis Cruises mengapung perairan Patagonia, berlayar di antara kota pelabuhan Punta Arenas di Chili, dan Ushuaia, ibu kota pulau Tierra del Fuego, di Argentina. agen poker

Pelayarannya empat dan delapan malam melintasi saluran air yang dinamai setelah pelayaran legendaris: Selat Magellan, ditemukan oleh navigator Portugis Ferdinand Magellan pada 1520, dan Beagle Channel, dieksplorasi oleh Charles Darwin di atas kapal Beagle dengan Kapten Robert FitzRoy pada abad ke-19.

Tahun ini Anda dapat berlayar di kapal baru 100 tempat berlabuh, Ventus, yang cukup kecil untuk menavigasi pulau-pulau dan gletser, tetapi cukup besar untuk menawarkan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang petualang abad ke-21.

Pelayaran empat malam saya dari Punta Arenas mengambil koloni penguin, saluran dramatis yang dijuluki Glacier Alley, sebuah bekas kementerian Kristen di mana Darwin melakukan pendaratan, dan Tanjung Tanduk yang legendaris, di mana dua lautan besar - Pasifik dan Atlantik - bertemu dan di mana 10.000 pelaut kehilangan nyawa mereka.

Kami adalah grup internasional: Amerika, Inggris, Jerman, Prancis, dan beberapa Latin. Lupakan ranjang, kapal ini dilengkapi dengan kabin luas, jendela gambar besar, tiga lounge dengan pemandangan panorama, restoran gourmet dan bar yang menyajikan pisco sours tanpa dasar.

Penjelajah besar abad ke-16 melihat koloni penguin sebagai makanan yang mudah, sementara kita senang untuk menjepret mereka menyelam masuk dan keluar dari air. Beberapa lumba-lumba lucu bahkan melompat di sekitar perahu pendaratan Zodiak kami.

Ketika para navigator menemukan suku-suku aneh di pantai, mengayuh sampan mereka telanjang bulat dan mengoleskan lemak segel, kita hanya bisa membayangkan kelompok pribumi yang pernah tinggal di sini.

Yamana menambah keberadaan nomaden hingga pengunjung Eropa, tetapi menghapusnya dengan penyakit, menghukum mereka karena domba berdesir dan berburu ikan paus dan anjing laut yang mereka andalkan sebagai makanan.

Hanya satu Yamana murni berusia 88 tahun yang tersisa, tinggal di kota Port Williams di pulau Navarino di Chili dan mengajarkan bahasa yang hampir punah kepada cucu-cucunya.

Untuk rute yang penuh dengan cerita manusia, kami tidak melihat orang lain untuk seluruh perjalanan. Rasanya seolah-olah kita berlayar ke tempat yang tidak diketahui. Dan tidak ada tempat yang lebih hadir daripada saat kita mendekati Cape Horn. Saat kapal pecah untuk laut terbuka pada pukul 6 pagi, kami berkumpul di lounge utama, lifejacket, menunggu kapten untuk mengatakan apakah aman untuk turun ke Zodiac ke pantai.

Pukul 7 pagi panggilan datang. Kami memiliki langit yang cerah, tetapi angin bersiul melewati kapal. Tidaklah aman untuk mendaratkan para Zodiak di pantai dan kita berada di antara 19 persen penumpang yang tidak membuat pendaratan di pelayaran mereka. Satu-satunya keluarga laut Chili yang menjaga pulau itu akan pergi seminggu lagi tanpa pengunjung.

Untuk mengatasi kekecewaan kami, kapten benar-benar 'mengelilingi Tanduk', mendekatkan kapal ke Selat Drake dan memberi kami tur 360 derajat ke pulau itu.

Ketika kapal itu membelok dan bergoyang, Cape Horn bermandikan cahaya, monumen berbentuk albatros ke 10.000 yang hilang di laut, berkilauan di bawah sinar matahari. Buku-buku jari putih mencengkeram rel kapal saat kami berpose untuk foto dan menatap kagum pada puncak gunung di pulau legendaris itu.

Setidaknya kita bisa puas diri dengan berada di antara minoritas untuk berlayar Selat Drake, mengetahui tidak ada yang lebih jauh ke selatan daripada Antartika dan beberapa stasiun penelitian es. Yang tersisa adalah mengunjungi Wulaia Bay, di Navarino, tempat Darwin berhenti dalam pelayarannya di Beagle pada 1833 dan dikatakan telah mulai merenungkan asal-usul spesies.

Pendakian untuk pemandangan laut dan kunjungan ke pusat pengunjung yang dikelola oleh Australis mengungkapkan peristiwa yang kurang mulia yang telah terjadi di teluk ini. Seorang bocah Yamana bernama Jemmy Button termasuk di antara empat penduduk setempat yang dibawa ke Inggris oleh Kapten FitzRoy di atas kapal Beagle pada tahun 1830. Ia diperkenalkan kepada bangsawan sebagai pameran eksotis dan 'beradab' sebelum diturunkan kembali ke pulau setahun kemudian.

Sebuah serangan pada 1859, di mana misionaris Kristen dibantai, kemudian disalahkan pada Button dan keluarganya.

Dari Wulaia Bay, ini adalah lompatan singkat ke Ushuaia, yang merupakan sedikit kejutan bagi sistem. Saya mungkin bukan Cape Horner, tetapi saya tidak akan pernah lupa membulatkan tanduk.